Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 21 April 2014

Assalamu alaikum warohmatullah wabarokatuuh,,



Saudara-saudariku,

Di awal-awal masuknya islam, dimana pemeluk agama islam masih sangat sedikit. Pada suatu hari ada seorang laki-laki menemui Umar, "Aku ingin katakan satu berita yang mengejutkan. Adikmu, Fatimah dan suaminya, Said bin Zaid, sudah memeluk Islam", kata pria itu.

Umar bin Khathab terkejut besar mendengar berita itu. Dia menjadi malu, sedih dan sangat  marah. Tanpa bersuara sepatah pun, dia melaju ke rumah Fatimah. Ketika itu, Fatimah dan suaminya sedang belajar mengaji al-Qur'an bersama seorang teman mereka, Khabbab al-Arati.

Dia mengetuk pintu dengan keras sehingga menimbulkan kekhawatiran seisi rumah. "Aku Umar. Buka pintu!!" kata Umar dengan keras. Khabbab adalah orang pertama yang lari menyembunyikan diri. Fatimah dan Said menjadi pucat. Mereka sangat memahami sikap Umar yang sangat memusuhi Islam ketika itu. Dia sanggup melakukan apa saja untuk menghukum orang yang mengkhianati agama nenek moyang mereka. Namun, Fatimah memberanikan diri membuka pintu.

Umar menerpa dengan muka garang. "Aku mendengar kamu membaca sesuatu." kata Umar.

"Apa yang kamu dengar? Kami tidak membaca apa-apa," kata Fatimah.

Dia sudah menyembunyikan mushaf yang mengandung tulisan-tulisan ayat al-Quran. Tetapi dia khawatir jika kakaknya itu berhasil merampas mushaf itu.

"Aku dengar apa yang kamu baca. Aku tahu kamu sudah menganut agama Muhammad", hardik Umar.

Lantas Umar mencekik leher Said dan mau memukulnya. Fatimah mencoba mempertahankan suaminya. Pukulan Umar tidak mengena Said, sebaliknya tersasar ke wajah Fatimah sehingga terkoyak kulit dahinya.

"Ya, kami sudah memeluk Islam. Kami percaya kepada Allah dan Rasul-Nya. Apa yang akan kamu lakukan? Lakukanlah!! "jerit Fatimah dengan darah yang bercucuran di dahi.

Melihat kondisi itu, Umar diserang perasaan kesal. Dia merasa kasihan kepada adiknya. Secara tiba-tiba dia berubah menjadi lembut.

"Berikan kepadaku mushaf yang kamu baca. Aku berjanji tidak akan melakukan apa-apa. Aku hanya ingin mengetahui apa yang dibawa oleh Muhammad." 

Fatimah ragu tetapi Umar mencoba meyakinkan. "Jangan takut, aku bersumpah dengan Tuhan Muhammad. Aku akan kembalikan mushaf itu setelah membacanya." 

Fatimah merasa terharu dengan keikhlasan Umar. Dia mengenal sikap kakaknya sendiri dan jauh di sudut hatinya, dia tahu Umar akan menepati janjinya.

Fatimah menjawab, "Saudaraku Umar, kau masih najis karena syirikmu. Al-Quran ini tidak boleh disentuh kecuali oleh orang yang suci." 

Fatimah menyuruh Umar mandi. Setelah itu, barulah mushaf itu diserahkan kepadanya. Umar menerimanya dengan penuh minat, lantas membaca ayat dari Surat Taha. Setelah menghabiskan bacaannya, spontan keluar dari bibir Umar, "Alangkah indahnya ayat ini!" Khabbab yang masih menyembunyikan diri dalam rumah Fatimah keluar ketika mendengar pengakuan Umar.

"Umar, demi Allah, aku pernah mendengar Nabi Muhammad berdoa, 'Ya Allah, bantulah Islam dengan Abul Hakam Hisyam atau Umar al-Khattab. Cepatlah Umar, segera dapatkan Muhammad!", ucap kabbah.

Umar mendesak Khabbab membawanya bertemu Muhammad. Fatimah mendengar dengan hati penuh syukur. Dia tidak menyangka kakaknya yang keras hati itu akan terbuka menerima Islam. Umar menuju ke sebuah rumah terdekat Bukit Saffa, tempat Nabi Muhammad mengajarkan agama kepada teman-temannya. Seorang sahabat di dalam rumah itu mengintai di lubang pintu ketika mendengar ketukan. Dia sangat terkejut karena melihat Umar berdiri di depan pintu dengan sebilah pedang.

Sahabat itu segera memberitahu Muhammad, tetapi paman Nabi, Hamzah Abdul Muthalib menjawab, "Wahai Muhammad, biarkan Umar masuk. Kalau dia menginginkan yang baik, kita berikan yang baik. Kalau niatnya jahat, kami akan membunuhnya dengan pedangnya sendiri.".

Nabi Muhammad terlihat sangat tenang. Dalam hatinya, teringat doa yang pernah dipohonnya dulu. Kini Umar datang sendiri tanpa perlu siapapun membujuknya. Nabi menyuruh orang membuka pintu dan Umar diundang masuk. Setelah Umar masuk, Nabi Muhammad bangun menyambutnya lantas menuju ke sebuah kamar. Nabi melepaskan kain sorbannya dadn mengikatkan ke tubuh Umar.

"Apakah yang menyebabkan kamu ke sini? Demi Allah, aku takut kamu tidak insaf sehingga Allah menurunkan bencana ke atasmu!", kata Rasulullah.

"Wahai Muhammad, aku datang untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya," Umar membalas.

Nabi Muhammad terus bertakbir setelah mendengar pengakuan itu. Doanya sebelum ini akhirnya termakbul. Seluruh masyarakat Islam yang masih kecil jumlahnya saat itu, bersyukur dan sangat menyambut Umar ke dalam Islam. Pengislaman Umar berarti Islam yang baru mendapat tempat, akan bertambah kokoh dan gagah. Seluruh masyarakat Islam memuji Fatimah sebagai orang yang bertanggung jawab membawa nur Islam ke dalam diri Umar. Dia terus diingat sebagai srikandi yang cekal, kader yang berani, yang berhasil menundukkan kedekilan, ego dan hati batu Umar al-Khattab.
Masya  Allah.....

0 komentar:

Posting Komentar